Rabu, 14 Januari 2009

Emosi dalam Pekerjaan

Emosi dalam Pekerjaan
Rabu, 14 November 2007 7:40 WIB
Oleh: Rinella Putri
(Vibiznews – Human Resources) – Pernahkah Anda bertemu dengan rekan kerja yang negatif? Sepanjang hari hanya mengeluh saja, hingga turut membawa energi negatif ke lingkungan sekitarnya.

Setiap orang selain menggunakan otak, juga membawa emosi ke dalam pekerjaannya. Emosi mempengaruhi kinerja. Emosi juga mendorong perilaku dan perasaan lainnya.

Pada makalahnya, Barsade dan Gibson menyebutkan bahwa ada tiga jenis emosi yaitu:
• Emosi jangka pendek, seperti senang, marah, takut.
• Mood, yaitu jenis emosi yang bertahan lebih lama dan tidak perlu berkaitan dengan sebab tertentu. Misalnya, seseorang sedang berada di mood senang ataupun sedih.

• Kepribadian, yaitu cenderung kepada keseluruhan pribadi individu dalam hidup. Misalnya: orang yang ceria, optimis, dsb.
Tiga jenis emosi ini dapat menghasilkan dampak yang besar. Dan emosi tidak perlu nampak dengan jelas untuk menghasilkan dampak. Emosi dapat diekspresikan pula dengan tatapan mata dan bahasa tubuh yang menyampaikan pesan-pesan tertentu. Misalnya, ketika bos Anda menatap tajam pada Anda, tentunya itu bisa membuat Anda cemas dan berpikir mengenai hal tersebut.

Barsade, professor dari universitas Wharton mengatakan bahwa sebagian orang memang pandai mengontrol emosi. Namun hal tersebut bukan menjadi jaminan bahwa mood Anda tidak nampak. Anda mungkin berpikir bahwa Anda bisa mengontrol emosi, namun bisa jadi ekspresi wajah maupun bahasa tubuh Anda mengatakan lain. Emosi yang tidak kita sadari kadang bisa mempengaruhi pikiran dan perilaku kita.

Emotional Intelligence (EI) yang sebelumnya popular di dunia psikologi, kini juga sering kita dengan di dunia bisnis. Menurut Barsade, EI dalam konteks lingkungan pekerjaan adalah skill dimana karyawan dapat memanfaatkan emosi sebagai data yang bernilai dalam suatu situasi. Misalnya ketika seorang manajer punya ide cemerlang dan ingin memberitahu atasannya. Namun atasannya saat ini sedang mengalami mood buruk. Jika manajer tersebut memiliki EI, maka ia akan menyadari emosi dari atasannya ini dan menunggu saat tepat untuk mengutarakan idenya.

Menurut Barsade, penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang positif cenderung bekerja lebih baik. Mereka cenderung melakukan proses secara lebih efisien dan produktif. Sementara itu, orang yang mood-nya negative, maka terjadi sebaliknya. Jika Anda dalam mood positif, maka Anda akan lebih terbuka terhadap informasi dan menangani segala sesuatu dengan efektif.

Anda memang tidak bisa mengubah emosi dari rekan kerja Anda. Namun Anda dapat menghindari mood yang negative. Misalnya, tidak mengambil hati kata-katanya, tidak terlalu menanggapi kenegatifan dia, ataupun yang paling ekstrim, menghindar total jika tidak perlu.

Saat ini, banyak perangkat online baru yang kita gunakan dalam pekerjaan seperti email, instant message dan video conference. Namun perangkat ini memiliki kelemahan antara lain tidak menyampaikan emosi dengan baik.

Masalah yang terdapat pada emosi yang disampaikan lewat teks adalah kadang penafsiran yang diperoleh berbeda. Oleh karena itu, kini baik email maupun instant message juga menghadirkan elemen emosi didalamnya yaitu emoticon. Ini sangat bermanfaat dalam menyampaikan emosi yang sebenarnya. Video conference justru lebih baik lagi, namun tetap saja tidak sama dengan komunikasi tatap muka langsung. Semakin tingginya teknologi, maka kita harus semakin menyadari bahwa interpretasi dan komunikasi sangatlah penting.

Barsade lebih lanjut mengatakan, jika Anda tidak yakin dengan emosi yang disampaikan melalui email atau teks, maka langsung saja angkat telepon dan bicara. Atau lebih baik lagi, tatap muka langsung. Sehingga komunikasi berjalan dengan baik, emosi tersampaikan dengan sempurna, dan tidak terjadi misinterpretasi.

Tidak ada komentar: